Kamis, 08 Januari 2015

Topeng Malangan

 (foto doc, musem wayang indonesia)

Di Malang, pernah muncul tari topeng yang sempat melegenda menjadi tari topeng Malangan. Kini tari itu tergerus zaman, seperti juga nasib maestro penari topengnya, Mbah Karimun, kini sudah meninggal dunia dan menjadi sejarah. Tak banyak lagi pewarisnya yang bakal mempopulerkan tari topeng ini.

Tepatnya di d, Kec. Pakisaji, Kab. Malang tinggal seorang penerus kerajinan topeng malangan yaitu bapak Sukasto, beliau juga bisa membuat dan menari topeng malangan. Bersama teman-teman (kelompok tugas mata kuliah PPKJ) melakukan wawancara kepada beliau, dan kami meminta beliau melihatkan cara membuat topeng dan cara menarikan topeng malangan tersebut.
Bapak Sukasto mempunyai keinginan yang sudah lama diinginkannya yaitu mempunyai sanggar menari, pengajuan proposal ke dinas terkait sudah dilakukan tapi tidak kunjung terlaksana, beliau hanya bisa mengajarkan tari topeng malangan di halaman rumahnya, beliau beberapa bulan yang lalu diundang di Jogjakarta untuk menerima piagam kesenian.
Topeng malangan juga bisa kita lihat di Rumah seni di jl. Sumbersari di dekat kampus Universitas Islam Negeri Malang, disitu banyak terpajang topeng malangan, kalau teman-teman bloger jauh untuk menuju kec. Pakishaji hanya sekedar melihat topeng malangan dapat melihat di Rumah Seni tersebut.
Topeng Malang merupakan pementasan wayang Gedog yang dalam pertunjukannya mempergunakan topeng. Dalam perkembangannya di Kedungmoro dan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Malang yang dikenal dengan sebutan Topeng Jabung. Dalam pementasannya mengetengahkan ceritera-ceritera Panji dengan tokoh-tokohnya seperti : Panji Inu Kertapati, Klana Swandana, Dewi Ragil Kuning, Raden Gunungsari, dll. Para penari mengenakan topeng dan menari sesuai dengan karakter tokoh yang dimainkan. Dalam pementasan dipergunakan tirai yang terbelah tengah sebagai pintu keluar atau masuk para penarinya.
Sumber : http://momoby.tumblr.com/post/2306686315/topeng-malangan
Gambar : Google

Gambar gambar Topeng Malang :


Sejarah Topeng Malangan


Sejarah Topeng Malangan
Sejarah Topeng Malangan
Beberapa wanita terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka. Ada yang menghaluskan ukiran topeng kayu, mengamplas, membatik dan merendam topeng yang telah selesai di batik kedalam pewarna. Puluhan topeng dan berbagai jenis ukiran kayu tampak menumpuk dalam kardus yang baru saja datang dari pengrajin lain.
Adalah desa Wisata Bobung yang terletak di desa Putat, kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya sekitar 10 km menuju arah barat Kota Wonosari atau sekitar 30 km menuju arah timur Kota Yogyakarta. Daerah ini dikenal sebagai sentra kerajinan batik kayu di Yogyakarta.
Sebelum dikenal sebagai desa pengrajin topeng kayu, warga Dusun Bobung lebih mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian pokok. Setelah masa panen, mereka menggelar upacara syukuran dengan menggelar tari topeng dengan lakon Panji. Jenis topeng yang dipakai sebagai perangkat utama tarian adalah topeng klasik yang dibuat sendiri oleh penarinya tanpa di batik. Produksi topeng kayu di Dusun Bobung sudah ada sejak sekitar tahun 1960-an.  Dari sinilah, asal muasal munculnya kerajinan topeng kayu Bobung. Hingga kini topeng kayu Bobung semakin dikenal dan mendunia. Topeng dan patung-patung kayu itu diekspor ke beberapa negara bagian Asia, Amerika dan Eropa.
Sajiman adalah perintis kerajinan topeng kayu batik. Ia mulai merintis usaha ini sekitar tahun 1985. Sebelumnya, ia hanya membuat topeng klasik untuk keperluan seni tari topeng. Namun, kini ia mulai lebih banyak memproduksi topeng kayu batik untuk keperluan hiasan. Kerajinan topeng batik yang dibuat Sajiman mampu membantu menggerakan perekonomian warga, juga meningkatkan pembangunan Dusun Bobung. Buktinya, kini banyak pemuda dan orang tua yang terlibat dalam usaha pembuatan kerajinan topeng kayu dan berbagai produk kerajinan kayu lainnya. 
"Awalnya tak sedikit pemuda dan orang tua yang pergi meninggalkan desa untuk merantau, tapi kini tidak lagi" katanya.
Seiring banyaknya permintaan topeng kayu Bobung, sejak 1980-an, banyak masyarakat yang beralih profesi menjadi pengrajin topeng kayu. Baru pada tahun 1990, kreasi topeng kayu Bobung ditambahkan dengan ornamen batik karena disukai oleh pembeli. Berbagai jenis topeng batik dihasilkan disini untuk memenuhi kebutuhan pasar kerajinan. Bukan untuk seni pertunjukan. Dan sentuhan motif batik menjadi ciri khas pada setiap kerajinannya.
 
“Pelanggan suka dengan kerajinan topeng batik ini,” katanya. 
Sajiman bahkan memberikan pelatihan kepada pemuda untuk mengatasi pengangguran. Tak aneh jika saat ini terdapat 800 perajin kayu. Dan tersebar di berbagai bengkel kerajinan kayu di sekitar desa. Mereka kebanyakan petani dan warga sekitar. Kesabaran dan kerja keras Sajiman berhasil menggerakkan dan mengatasi pengangguran di desanya. Warga mulai bisa menabung dan meningkatkan perekonomiannya. Desa Bobung lebih bergeliat dan dikenal sebagai desa perajin topeng batik. 
Desa Bobung masuk dalam binaan PNPM Mandiri Pariwisata. Keberadaan kerajinan kayu menjadi daya tarik desa ini. Selain itu, desa yang hanya ditempuh sekitar satu jam dari Yogyakarta ini masih menyimpan potensi lain: pertunjukan seni topeng klasik dan keindahan panorama alamnya.
Fasilitas yang dimiliki oleh Desa Wisata Bobung ini juga relatif lengkap. Fasilitas yang ada diantaranya adalah tempat parkir yang luas dan kamar mandi umum. Wisatawan juga dapat menyaksikan langsung proses pembuatan topeng - topeng kayu di bengkel kerja para pengerajin. Lokasi tersebut juga dilengkapi dengan t ruang gallery / ruang pameran dimana kita bisa melihat produk -produk hasil kerajinan tangan para pengerajin. Tersedia juga home visit yang diperuntukan bagi wisatawan yg ingin belajar membuat topeng kayu.
Akses menuju lokasi Desa Wisata bobung ini sangatlah mudah. Karena lokasi berdekatan dengan jalan utama Jogja-Wonosari, maka kondisi jalan telah halus di aspal serta sering dilewati kendaraan umum. Wisatawan dapat memanfaatkan kendaraan umum tersebut maupun menggunakan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat.
PNPM Mandiri Pariwisata mengucurkan dana sebesar Rp 123 miliar pada tahun 2013 untuk pengembangan desa wisata di 980 desa di 33 provinsi. Dana pengembangan desa wisata ini semakin meningkat untuk menumbuhkan potensi wisata. Dan diharapkan bisa membantu perekonomian warga desa. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bahkan menargetkan tahun 2015 bisa membentuk 2.000 desa wisata di seluruh Indonesia. 
“Kita latih warga agar bisa berbahasa Inggris. Termasuk memberikan pelayanan kepada setiap tamu,” katanya.
- See more at: http://katadata.co.id/foto/2014/08/07/sajiman-topeng-kayu-bobung-yang-mendunia#sthash.tIvTowrh.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar